SEJARAH DESA SINDANGJAWA
( Sebuh desa kawasan kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon )
pada
abad XVII di kawasan hutan diwilayah kerajaan Rajagaluh , terdapat sebuah
kampung yang indah terletak di tepi sungai CISOKA. masyarakatnya memberi nama
kampung BANJAR MELATI dipimpin oleh resi Pandunata yang memiliki seorang putri
bernama Nyi Mas Indang Lara Sakti .
sebelum
resi pandunata wafat, pimpinan kampung banjar melati terlebih dahulu diserahkan
kepada Nyi Mas indang Lara Sakti , sambil memberitahukan bahwa kelak akan
datang orang - orang Cirebon yang bertujuan menyebarkan agama Islam. dan
memberi amanat agar putrinya menerima tamu-tamu itu dengan sebaik-baiknya,
rukun, dan mengikuti ajaranya.
Pada
suatu waktu, berdatanganlah Prajurit Cirebon ke kampung Banjarmelati untuk
sekedar singgah dalam perjalanan pulang ,setelah mereka berperang melawan
kerajaan Rajagaluh . beberapa diantara mereka sangat terkesan akan keramah
tamahan penduduknya, disamping tertarik akan keindahan dan kesuburan alamnya,
sehingga mereka ingin tinggal dan menetap disini sambil menyebarkan ajaran
agama Islam . Diantara prajurit tersebut terdapat dua orang tokoh pemuda Islam
, yaitu WANAJAYA dan PANDESIMPAR.Selain ahli dibidang agama Islam ki wanajaya
juga memiliki kehlian dalam hal Pertanian, sedang ki Pandesimpar memiliki keahlian
membuat alat- alat seperti golok,arit,keris cangkul dll.(semua alat /
perkakas perang dan pertanian).
Kedua
pemuda tersebut menemui Nyi Mas Indang Lara Sakti untuk meminta izin sekaligus
menyampaikan maksud dan tujuannya. Seperti pesan ayahandanya, Nyi Mas Indang
Lara Sakti menerima dengan senanghati kedatangan kedua pemuda tersebut, bahkan bersedia
dijadikan ibu angkat, atas bantuan kedua anak angkatnya itulah Nyi Mas Indang
Lara Sakti berusaha memindahkan pasanggrahan Banjar Melati kesebelah barat
Sungai Cisoka yang sekarang disebut “HULU
DAYEUH”.
Pasanggrahan itu
terbuat dari kayu hasil penebangan hutan di sektarnya. Sementara ranting dan
dedaunan yg tidak terpakai dibakar. Ketika membakar ranting –ranting itu
timbulah bencana kebakaran yang sangat dahsyat, dimana kobaran api dan asapnya
menjalar kesebelah selatan ..hingga ke kampung Cisaat.
Masyarakat kampung
Cisaat gempar dan panik, sehingga mengundang kemarahan Ki Surangga Bima . (ki
surangga Bima adalah salah satu tokoh pemimpin kampung/desa Cisaat).dengan
amarah yang meluap –luap ki Surangga Bima menantang tarung sambil menjejakan
kakinya ke atas sebuah batu besar sampai amblas hingga mata kaki. ( batu besar
yang berbekas telapak kaki ki Surangga Bima sampai sekarang terletak di tengah
sawah sebelah barat sekolah SDN Cisaat). Terjadilah pertarungan antara ki Surangga Bima
dengan ki Wana Jaya dan Ki Pande Simpar, dimana kedua belah pihak sama-sama
kuat., tidak ada yang kalah atau pun menang. Akhirnya Nyi Mas Indang Lara Sakti
terjun ke kancah peperangan ,mengeluarkan kesaktianya untuk menghentikan
perkelahian tersebut, dengan cara mengangkat dua buah Batu besar yang
dilemparkan ketengah medan perkelahian.
Menyaksikan
kesaktian Nyi Mas Indang Lara Sakti, kedua belah pihak yang sedang bertempur
terkagum-kagum hingga langsung menghentikan perkelahian serta tunduk kepada Nyi
Mas Indang Lara Sakti . batu besar tersebut salah satunya disebut “Batu
Tumpeng”, karena bentuknya seperti Nasi Tumpeng dengan tinggi kira-kira 150 cm,
Batu yang lainya disebut “Batu kasur”, karena bentuknya menyerupai kasur dengan
panjang kira-kira 200cm.
Kedua belah pihak
oleh Nyi Mas Indang lara Sakti diajak ke pesanggrahan Banjar Melati untuk
mengadakan perundingan dengan kesepakatan sebagai berikut :
- Kedua belah pihak yang bertikai akan hidup damai hinga turun temurun.
- Kedua batu besar tadi ( batu Tumpeng dan batu Kasur ) dijadikan batas wilayah kampung Banjar Melati dengan Kampung Cisaat.
Untuk mengenang pertemuan tersebut, akhirnya nama
kampung “Banjar melati” kemudian
diganti menjadi kampung “Banjar Patoman’
dari kata (bhs .Jawa patemon) yang
berarti tempat/lokasi pertemuan.
Pada sekitar tahun 629 tentara Sultan Agung dari
Mataram mampir / sindang (bhs . Sunda), di kampung Banjar Patoman sepulangnya
mereka menyerang VOC di Batavia. Oleh karena mereka yang singgah itu berasal
dari Jawa, penduduk di situ mengatakan “tempat orang jawa sindang.
Dengan peristiwa tersebut lama kelamaan bergantilah
nama kampung “Banjar Patoman” menjadi Kampung “Sindangjawa” (artinya orang jawa
sindang/mampir) yang sekarang menjadi desa “SINDANGJAWA”.
Dalam membangun desa sindangjawa, Nyi mas Indang
Lara Sakti di bantu oleh :
- KI Wanajaya
Menetap dan
membangun hingga meninggal di blok Bebeak dan di kuburkan di sebelah barat SDN
SINDANGJAWA 1 dibawah pohon besar (orang menyebut pohon Kentos, masih ada
hingga sekarang, dan pohon Iplik yang sudah tumbang diterpa angin besar).
- Ki Pande simpar
Menetap hingga
meninggal di blok pakopian / pakopen
- Ki Yuda Laksana
Yang membangun
blok Peuntas
- Ki Wangsadikrama
Yang membangun
blok Umbul Balong
- Ki Jamini ( Ki Panderesan)
Yang membangun
blok Kawung Luwuk
- Ki Padmanegara yang membangun blok Pamijen
Sekarang Masuk ke
desa sindangmekar
- Ki Tobroni
Yang membangun
blok Keradenan sekarang masuk desa Sindangmekar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar